Banyak anak kecil tak suka makan sayur. Secara ilmiah, hal ini ternyata ada alasannya. Kaitannya dari sisi biologi hingga psikologi.
Melihat anak kecil yang suka makan sayur dan buah sangatlah jarang. Kebanyakan dari mereka menggemari makanan-makanan enak dengan rasa gurih maupun manis yang kuat.
Sebut saja fast food, makanan ringan, permen, hingga cokelat. Lalu begitu disodorkan sayur, mereka akan langsung menutup mulut rapat-rapat.
Sebenarnya kenapa ya banyak anak kecil tidak suka makan sayur?
Mengutip Spoon University (15/9), ternyata ada alasan ilmiah untuk menjawab hal ini. Pertama, dari sisi biologi anak-anak secara naluriah akan pilih mengonsumsi makanan yang bisa memasok energi untuk mereka.
Jenis makanan ini biasanya berbentuk glukosa/gula dan makanan yang tinggi kalori. Faktanya, sayuran bukanlah makanan yang seperti itu. Makan sayuran tidak bisa secara langsung memasok kebutuhan energi anak-anak karena sifatnya tidak terlalu padat kalori.
Masih dari sisi biologi, cita rasa sayuran memangĀ https://www.anggrekmania.com/ cenderung pahit sehingga tidak disukai anak-anak. Terutama pada sayuran hijau dan sayuran cruciferous seperti brokoli, kubis, dan kembang kol.
Rasa pahit ini berasal dari kandungan kalsium pada sayuran. Juga senyawa menguntungkan untuk kesehatan seperti fenol, flavonoid, isoflavon, terpen, dan glukosmolat.
Kedua, dari sisi waktu, anak-anak akan berangsur terbiasa dengan rasa khas dari sayuran. Ketika beranjak besar, mereka akan memiliki toleransi terhadap rasa pahit itu dan mulai menganggap bahwa rasa sayuran bisa ‘diterima’ oleh lidah.
Karenanya perlu waktu juga untuk membiasakan anak-anak akrab dengan rasa sayuran. Konon anak kecil butuh 10-15 kali mencicipi sebuah makanan yang sama untuk bisa merasa terbiasa atau bahkan akhirnya menyukai makanan itu.
Ketiga, dari sisi psikologis, alasan anak-anak tidak suka sayuran bisa dijelaskan dengan konsep psikologi bernama Paired Associative Learning. Berupa asosiasi stimulus dengan respons tertentu yang dalam hal ini tidak mendukung sayuran.
Pasalnya anak-anak cenderung mengasosiasikan sayuran dengan ingatan yang kurang menyenangkan. Misalnya momen dimana mereka dimarahi orang tua karena dipaksa makan sayur.
Sebaliknya, mereka mengasosiasikan makanan tinggi gula atau kalori dengan hal-hal menyenangkan. Misalnya pesta, liburan, perayaan tertentu, hingga hadiah.
Hal ini kemudian membuat anak-anak menganggap makan junk food adalah hadiah dan makan sayur adalah ‘tugas’.
Untungnya, saat individu tumbuh dewasa, asosiasi mereka sering berubah menjadi lebih baik. Seseorang akan mengasosiasikan sayuran dengan kesehatan, kebugaran, dan kesuksesan ketika mereka dewasa.